PENYAKIT HERMAPROODIT
A.
PENGERTIAN
Perkataan “hermafrodit” berasal dari mitologi Yunani sebagai gabungan “Hermes” (ialah dewa pencipta atletik dan filsafat ajaib) dan “Aphroditus” (ialah dewi percintaan). Ditinjau dari perkembangan embrio,
sesungguhnya setiap orang memiliki juga sifat-sifat dari jenis kelamin yang
berlawanan dalam tingkat rudimenter. Sampai umur 7 minggu setelah fertilisasi,
keadaan pada dua seks itu masih sama. Kemudian dimulailah differensiasi dari
alat-alat kelamin dan setelah umur kira-kira 34 minggu setelah fertilisasi,
keadaan alat kelamin pada dua seks itu sesuai dengan waktu lahir. Rangsang
pembentukan jenis kelamin timbul karena factor genetic, yaitu kromosom Y “(masculinizing gene)” dan kromosom X “(feminizing gene)”. Telah diketahui bahwa
pada manusia kehadirannya kromosom Y benar-benar menentukan seks laki-laki. Di
bawah pengaruh kromosom Y plika genitalis yang indifferen berkembang menjadi
testis.
Tetapi bila tidak terdapat kromosom
Y maka plika genitalis berkembang menjadi ovarium. Pada umumnya membedakan
laki-laki dan perempuan itu tidak sulit. Kalau ada penis dan skrotum maka ia
dinyatakan sebagai pria dan kalau kelihatan vulva dan vagina maka dia adalah
wanita. Sekalipun demikian, agaknya tidak ada seorang individu yang bersifat
100% laki-laki atau 100% perempuan. Setiap orang memiliki juga sifat-sifat dari
jenis kelamin yang berlawanan dalam tingkat rudimenter. Selama hal itu tidak
berlebihan, ia masih dapat disebut laki-laki normal atau perempuan normal.
Seorang anak kadang-kadang dapat merasakan adanya perbedaan antara dia dengan
adiknya, misalnya untuk melengkapi bukti tentang adanya perbedaan itu, maka ia
memerlukan menengok ke alat kelamin adiknya dan memang benar ada perbedaan.
Kadang-kadang sifat-sifat jenis yang berlawanan lebih menonjol dan dapat
menimbulkan keragu-raguan mengenai identitas orang tersebut. Misalnya kegemaran
akan rambut gondrong dan mode uniseks dan vestitismus membantu pula mengaburkan
batas-batas antara kelamin. Akan tetapi dalam hal ini biasanya jenis kelamin
pelakunya masih jelas, sehingga belum dapat disebut sebagai hermafroditismus.
Beberapa bentuk peralihan dapat disebut sebagai :
a. Interseksualitas laki-laki atau
feminismus
b. Interseksualitas perempuan atau
virilismus
Jika kelainan-kelainan juga
menyangkut genitalia externa dan saluran-saluran kelamin karena gangguan
pertumbuhan, maka disebut sebagai pseudo hermafroditismus. Jenis kelamin seseorang itu ditentukan oleh beberapa faktor
:
1. Genetic, yang mempunyai pengaruh
terhadap satu sel
2. Pengatur seks (“sex organizer”),
yang berpengaruh terhadap sel sekitarnya
3. Kelenjar-kelenjar endokrin, termasuk
gonada yang berpengaruh terhadap seluruh tubuh
B.
MACAM-MACAM HERMAFRODITISME
Dapat dibedakan hermafroditisme sejati dan
pseudohermafroditisme:
1.
Hermafroditisme Sejati
Hermafroditisme sejati disebut juga
androgynoidismus gonadalis/ gynandroidismus gonadalis ialah keadaan bahwa suatu
individu yang mempunyai baik jaringan testis maupun jaringan ovarium. Individu
demikian ini yang disebut juga interseks ovotestikuler.
a. Berdasarkan tipenya gonada dibedakan
atas 3 golongan yaitu :
1. lateral, di mana terdapat testis
pada satu sisi dan ovarium pada sisi yang lain
2. unilateral, yang memiliki ovotestis
pada satu sisi dan ovarium atau testis pada sisi lain
3. bilateral, yang memiliki ovotestis
pada kedua sisi
Pada
hermafroditismus sejati biasanya terdapat kelainan-kelaina pada jiwa, alat
genitalia eksterna dan saluran kelamin disertai adanya gonada yang rangkap,
yaitu adanya oocyt-oocyt dan tubuli seminiferi, mengandung jaringan testis dan
ovarium. Pada keadaan ini secara anatomis semata-mata tidak dapat ditetapkan
jenis kelamin genetiknya melainkan harus dilakukan pemeriksaan kromosom
kelaminnya disertai ada atau tidaknya seks kromatin. Dengan demikian akan dapat
ditentukan apakah ia seorang laki-laki yang telah mengalami feminisasi yang
kuat sehingga terdapat jaringan ovarium di samping jaringan testis. Ataukah
sebaliknya seorang perempuan yang telah mengalami maskulinasi yang kuat.
Suatu
study dari 108 kasus hermafroditismus sejati didapatkan 59 individu 46,XX; 21
individu 46,XY; dan 28 individu mosaic (46,XX/46,XY). Berdasarkan penemuan itu
tentunya ada yang seks kromatin positif dan ada yang negative.
2. Pembentukan jenis kelamin terjadi
dalam tiga tahapan :
a. Tahapan genetic
Rangsang pembentukan jenis kelamin ditimbulkan oleh factor
genetic, yaitu kromosom Y atau masculinizing gene, dan kromosom X atau
feminizing gene. Kromosom Y bersifat dominant terhadap kromosom X, sehingga
kombinasi XY menjadi laki-laki dan kombinasi XX menjadi perempuan.
b. Tahapan organisasi
Setelah gonada terbentuk, ia akan mempengaruhi pertumbuhan
saluran-saluran kelamin. Jost mengeluarkan hipotesa bahwa testis agaknya
mengeluarkan factor inductor yang bukan androgen. Di bawah pengaruh factor
inductor inilah saluran-saluran Wolff tumbuh membentuk epididimis dan ductus
deferens, dan saluran-saluran Muller akan mengalami regressi dan menghilang
hampir seluruhnya. Sisa-sisa saluran Muller pada jenis laki-laki hanyalah
appendiks testis dan utriculus prostaticus. Apabila terbentuk ovarium, maka
factor inductor ini tidak ada. Akibatnya ialah bahwa saluran-saluran Wolff
mengalami regressi dan menghilang untuk sebagian besar. Saluran-saluran Muller
sebaliknya tidak terhambat dan tumbuh membentuk tuba falopi, uterus dan 2/3
bagian cranial vagina. Sisa-sisa Wolff pada jenis perempuan adalah epoophoron,
paroophoron, saluran-saluran Gartner dan 1/3 bagian kaudal vagina. Pengaruhnya
tidak bersifat umum, melainkan unilateral. Buktinya ialah bahwa pada
hermafroditismus sejati varietas unilateralis dapat ditemukan testis,
epididimis dan ductus deferens di satu sisi, dan ovarium dengan tuba falopi
uterus dan vagina di sisi yang lain.
c. Tahapan endokrin
Hormon-hormon androgen yang dikeluarkan oleh testis
mempunyai pengaruh tertentu terhadap daerah di sekitar sinus urogenitalis. Pada
tingkatan indifferen di daerah itu nampak :
1. Tuberculum genitale di sebelah
ventral sinus urogenitalis
2. Plicae urethrales di sebelah kanan
dan kiri sinus urogenitalis
3. Torus genitalis di sebelah lateral
plicae urethrales masing-masing
Steroid-steroid androgen dari testis
mempertumbuhkan tuberkulum genitale menjadi phallus. Plicae urethrales mencakup
sinus urogenitalis di antaranya dan tumbuh bersatu membentuk urethra pars
cavernosa, pars membranacea dan pars prostatica caudalis. Kedua torus genitalis
tumbuh bersatu menghasilkan scrotum. Jika tidak terbentuk testis tetapi
ovarium, maka tidak terdapat pengaruh steroid androgen. Dalam hal ini
tuberculum genitale berkembang menjadi klitoris, sinus urogenitalis menjadi
vestibulum, plicae urethrales membentuk labia minora dan torus genitalis
menjadi labiya majora.
Pseudohermafroditisme
Individu ini mempunyai salah satu
jaringan gonada, yaitu testis atau ovarium, tetapi rudimenter.
Berdasarkan konstitusi kromosomnya
dapat dibedakan :
1) Pseudohermafroditisme laki-laki
bersifat laki-laki (“masculinizing male pseudohermaphroditism”).
Fenotip secara umum tampak seperti laki-laki atau seperti
perempuan, memiliki testis yang tidak sempurna. Alat kelamin luar meragukan
tetapi kira-kira penis, payudara tidak berkembang, tubuh berambut seperti laki-laki,
karyotipe 46,XY.
Ciri-ciri androgynoidismus
morpho-psychologicus :
a. gonada jelas testis
b. genitalia externa tidak jelas
laki-laki karena rangsang virilisasi lemah
c. saluran-saluran kelamin laki-laki,
namun mungkin terdapat sisa-sisa rudimenter
d. wajahnya mempunyai ekspresi sebagai
perempuan
e. distantia intertrochanterica lebar
dibandingkan dengan distantia interacromialis
f. mungkin terdapat pertumbuhan payudara
(gynaecomastia)
g. penimbunan dan pembagian lemak
seperti pada perempuan, yaitu lebih banyak di sekitar pinggul
h. pertumbuhan otot-otot kurang
sempurna
i.
jalannya
seperti perempuan dan suaranya mungkin tinggi
j.
pada
umumnya proporsi tubuhnya normal
k. mungkin terdapat transvestitismus
l.
perkembangan
libido terhenti pada tingkatan narsistik (aseksuil) dan ambivalen, sehingga
terdapat homo-seksualitas passif
Ciri-ciri androgynoidismus genitalis
a. habitusnya merupakan campuran antara
sifat laki-laki dan perempuan, kadang-kadang sifat laki-laki lebih menonjol
kadang-kadang sifat perempuan lebih tampil ke muka.
b. Gonada jelas testis tanpa ovarium,
tapi kurang sempurna karena rangsang feminisasi. Sering terdapat ectopia
testis. Genitalia externa biasanya memperlihatkan hypospadia perinealis.
Penisnya menyerupai klitoris yang besar. Urethra terbuka pada bagian bawah
corpus penis dan tidak mengikuti seluruh penis. Kedua lipatan urethra yang
tidak menutup mirip pada labia minora
c. Scrotum mungkin terbelah dua
d. Saluran-saluran kelamin di samping
epididimis dan ductus deferens mungkin terdapat sisa-sisa saluran Muller dalam
berbagai tingkatan perkembangan
e. Tidak terdapat haid karena tidak ada
jaringan ovarium
2.) Pseudohermafroditisme laki-laki
bersifat perempuan (“feminizing male pseudohermaphrodites”).
Seperti halnya dengan yang bersifat laki-laki, individu ini
biasanya mempunyai karyotipe 46,XX, jadi laki-laki. Kadang-kadang ada yang
merupakan mosaic 46,XY/45,X atau lainnya. Fenotip umum tampak seperti
perempuan, payudara berkembang. Ada yang mempunyai kelakuan seks seperti wanita
mskipun tanpa kesadaran. Gonada jelas testis tanpa jaringan ovarium tetapi
kurang sempurna karena rangsang feminisasi. Penisnya mempunyai klitoris yang
besar. Tidak terdapat haid karena tidak ada jaringan ovarium. Pertumbuhan
rambut ketiak dan rambut kelamin amat tipis atau tidak adasama sekali. Menurut
penelitian Boczkowsky (1967) dan Barclay (1966) kelainan ini herediter
dan disebabkan oleh gen dominan autosomal yang dipengaruhi seks atau oleh gen
resesif terangkai-X. Boczkowsky
berpendapat bahwa jenis ini condong ke jenis perempuan. Oleh karena itu ia mengemukakan
kemungkinan perubahan jenis kelamin individu ini menjadi perempuan yang dapat
menikmati kebahagiaan perkawinan, sekalipun tidak dapat memperoleh keturunan.
Perubahan jenis kelamin menjadi perempuan menurut Boczkowsky lebih beralasan
pula karena pengobatan dengan androgen tidak berhasil pada TSF (androgen
irresponsiveness)
Ciri-cirinya :
a. habitusnya sering cantik seperti
perempuan dengan payudara sempurna
b. genitalia externa yang menyerupai
alat-alat kelamin perempuan
c. pertumbuhan rambut di ketiak dan
mons pubis amat tipis atau tidak ada sama sekali
3) Pseudohermafrodit perempuan
Fenotip
umum seperti laki-laki, alat kelamin luar meragukan, mempunyai ovarium tetapi
tidak sempurna. Ini disebabkan karena ibunya mengalami ketidakseimbangan
hormone sebelum anak itu lahir. Karyotipenya 46,XX. Dapat terjadi perubahan
tingkah laku seperti anak laki-laki.
C.
PENYEBAB HERMAFRODITISME
Sebab-sebab terjadinya hermafroditismus terjadi karena
adanya gangguan dalam pertumbuhan jenis kelamin, misalnya :
1. Lemahnya rangsang pembentukan jenis
kelamin (factor genetic)
2. Perubahan reaksi organ-organ
terhadap rangsang pembentukan jenis kelamin
3. Perubahan-perubahan dalam keadaan
biologic sekelilingnya
Hal ini dapat mengakibatkan
differensiasi yang tidak sempurna dari tingkat yang ringan hingga yang berat.
Misalnya : apabila rangsang maskulinasi lemah, elemen-elemen dalam cortex
gonada yang membentuk tali-tali benih Pfluger tidak terhambat sehingga kita
menjumpai jaringan ovarium berdampingan dengan jaringan testis. Saluran-saluran
Muller juga tidak terhambat seluruhnya, sehingga sempat membentuk Tuba Fallopy,
uterus dan vagina sekalipun rudimenter.
Differensiasi di sekitar anus
urogenitalis tidak sempurna pula, sehingga pembentukan genitalia externa
terganggu, misalnya terbentuk penis rudimenter dengan hypospadia dan scrotum
bifidum. Mungkin terdapat pula sifat-sifat kewanitaan yang lain seperti
pembentukan payudara, suara tinggi dsb. Ternyata pada manusia jenis kelamin
laki-laki memiliki derajat evolusi yang lebih tinggi dan bersifat dominan
terhadap jenis perempuan. Apabila dilakukan kastrasi pada seorang laki-laki,
akan terjadi feminismus. Akan tetapi kastrasi pada seorang perempuan tidak
menghasilkan virilismus, melainkan infantilismus.
Ditinjau dari sebab-sebabnya dapat
kita bedakan :
1) Interseksualitas konstitusionil
Biasanya terjadi pada tingkatan yang muda sekali, dan
disebabkan karena :
a. Gangguan pada rangsang penentuan
jenis kelamin oleh kromosom Y atau X
b. Gangguan pada tahapan organisasi
(perkembangan saluran-saluran kelamin)
c. Gangguan reaksi sel-sel dan jaringan
mudigah terhadap rangsang penentuan jenis kelamin dan organisasi.
2) Interseksualitas endokrin
Terjadi pada tingkatan yang agak lebih lanjut, pada tahapan
endokrin (perkembangan genitalia externa). Disebabkan karena :
a. Lemahnya rangsang endokrin
b. Reaksi abnormal sel-sel dan
jaringan-jaringan tubuh terhadap rangsang endokrin.
D.
PENCEGAHAN
Pencegahan dapat dilakukan dengan konseling genetika untuk
penyakit yang menurun, penggunaan obat dan lingkungan yang aman pada awal kehamilan.
Penanganan seharusnya dilakukan sedini mungkin saat bayi baru lahir dengan
secara multidisiplin. Bayi baru lahir dengan kelainan alat kelamin harus
ditentukan jenis kelaminnya agar tidak terjadi salah pengasuhan dan gangguan
psikologis dikemudian hari.
E.
PENGOBATAN
Dalam menghadapi kasus-kasus demikian, peran tenaga
medis yang menolong persalinan sangat penting untuk dapat melakukan
penatalaksanaan yang benar terhadap penderita interseks, karena dampak
sosiopsikologis yang dialami baik oleh penderita mau pun keluarganya relatif
lebih berat dibandingkan dengan cacat anggota tubuhnya.
a. Apabila seorang bayi dilahirkan
dengan genitalia externa yang ambivalen, sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan
khromosom dan khromatin sex padanya untuk memperoleh pegangan mengenai jenis
kelaminnya yang sebenarnya. Di samping itu perlu dilakukan pemeriksaan secara
menyeluruh oleh ahli-ahli lain,dan dipertimbangkan kemungkinan-kemungkinan
mengenai penentuan jenis kelaminnya yang akhir.Pemeriksaan dan pengobatan
sedini-dininya ini penting untuk menghindari kesulitan-kesulitan psikologik dan
social yang akan timbul apabila individu tersebut dibiarkan tumbuh antara dua
alam (laki-laki dan perempuan) yang berlainan sifatnya.
b. Khususnya pada pseudoherma
froditismus perempuan karena sindroma adrenogenitalis, pembedahan
sedini-dininya harus disertai pula pengobatan dengan cortisone. Penderita
tersebut hendaknya diperiksa kembali setelah mencapai pubertas.Kerja sama yang
erat antara ahli-ahli genetika, anatomi, patologi, pediatri, psikologi, bedah
dan kebidanan dapat memberikan pertolongan yang sebaik-baiknya kepada
penderita-penderita interseksualitas dan hermafroditismus ini.
c. Tindakan
operasi harus dilakukan dengan pertimbangan yang sangat hati-hati atau bahkan
penundaan sampai anak mencapai usia dewasa. Penentuan jenis kelamin dan
tindakan operasi koreksi tidak hanya ditentukan secara sepihak oleh orang tua
saja. Untuk menghindari masalah
medikolegal maka perlunya penyusunan standard baku nasional untuk penanganan
kelamin ganda yang diatur oleh Departemen Kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar